Senin, 12 Juni 2017

mengapa makan dan minum berdiri tidak diperbolehkan menurut islam

Assallamualaikum Wr.Wb     
   Islam sangat mengatur aspek kehidupuan manusia, termasuk makan dan minum, dalam Islam ada adab makan seperti: mencuci tangan sebelum makan, makan dengan tangan kanan, tidak makan sampai kekenyangan dan tidak makan sambil berdiri.
Larangan makan dan minum sambil berdiri tersebut bukan tanpa alasan. Ada hikmah yang terkandung dalam larangan tersebut serta penjelasan ilmiah yang menguatkannya.

”Adab makan dalam Islam ternyata memiliki  hikmah tersendiri,”kata Spesialis Saraf RS PKU Muhammadiyah Bantul dr Ana Budi Rahayu, SpS.

Bila seseorang makan sambil berdiri, akan terjadi reflux asam lambung, asam lambung akan naik ke esofagus dan membuat sel-sel kerongkongan teriritasi. Hal ini dikarenakan pH asam lambung yang sangat asam (pHnya 1-2,5), Hal ini ditandai dengan gejala panas terbakar yang menyesak di dada heartburn.

”Bila kita tetap membiasakan makan minum sambil berdiri dalam jangka waktu panjang iritasi sel-sel kerongkongan ini akan berakumulasi menyebabkan kanker saluran esofagus,” tuturnya.
Dalam hadis, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang minum sambil berdiri.” Qotadah berkata, “Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab: “Itu lebih buruk lagi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Hadis lainnya menyebutkan yang artinya, “Jangan kalian minum sambil berdiri,  Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan.” (HR. Muslim).

            Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani mengatakan, “Minum dan makan sambil duduk itu lebih sehat, lebih selamat dan lebih sopan. Ini karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus secara perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus dan menabraknya dengan keras.

Jika hal ini terjadi berulang kali dalam waktu lama, dapat menyebabkan melar dan jatuhnya usus sehingga mengakibatkan disfungsi pencernaan. Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam berdiri, itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, tapi bukan merupakan kebiasaan.

Begitu pula makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat, tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam Islam dan kaum muslimin.
            Dr. Ibrahim Al-Rawi mengatakan bahwa saat berdiri, manusia dalam keadaan tegang, karena organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya agar bisa berdiri stabil dan sempurna. Hal tersebut melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai syarat terpenting saat makan dan minum, yaitu ketenangan.

Ketenangan hana bisa dihasilkan saat duduk, saat syaraf dalam keadaan tenang dan tidak tegang sehingga sistem pencernaan siap menerima makanan dan minum dengan cara cepat.
            Dr. Al-Rawi menekankan bahwa makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan disfungsi syaraf yang parah dan menimbulkan detak mematikan bagi jantung sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Selain itu, makan dan minum sambil berdiri terus–menerus bisa membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Menurut para dokter, luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa bebenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.

Air yang masuk saat kita duduk akan disaring oleh sfringer, suatu struktur berotot yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada di ginjal.
            Namun, jika kita minum sambil berdiri, air yang kita minum tidak disaring lagi, tapi, langsung menuju kandung kemih. Hal ini bisa menimbulkan terjadinya pengendapan di saluran ureter akibat banyaknya limbah yang tersisa di ureter. Inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal, salah satu penyakit ginjal berbahaya, yang disebabkan susah buang air kecil.

Pada saat berdiri, kondisi keseimbangan disertai pengerutan otot pada tenggorokan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.

Karena itu, mulailah membiasakan diri untuk makan dan minum sambil duduk, demi kesehatan dan menjaga adab sopan santun yang Islami sebagai bagian dari dakwah kita dalam bentuk perilaku.
            Karena itu cara mencegah reflux asam lambung ini dengan makan sambil duduk, kata Ana. Ada dua hal lain yang juga dapat menyebabkan reflux asam lambung dan heartburn yaitu: makan minum kekenyangan dan tidur atau berbaring segera setelah makan.

Beliau menjelaskan lambung memang dapat mengembang enam kali lipat saat diisi sampai benar-benar penuh. Makin banyak makanan yang tertampung di lambung, lambung harus kerja ekstra keras mengeluarkan asam lambung lebih banyak.

Selanjutnya, bila lambung terlalu penuh, kelebihan asam lambung akan mengalir naik ke esofagus. ”Demikian juga bila kita tidur atau berbaring segera setelah makan,” jelasnya.

Kebiasaan berbaring atau tidur segera setelah makan ini sama bahayanya dengan makan minum sambil berdiri yakni iritasi sel kerongkongan yang mengundang kanker esofahus dalam jangka panjang.

Ilmu kedokteran modern mengungkapkan bahwa minum dalam keadaan berdiri menyebabkan air yang mengalir berjatuhan dengan keras pada dasar lambung dan menumbuknya, menjadikan lambung kendor dan menjadikan pencernaan sulit. Sebagaimana terus-menerus makan dan minum sambil berdiri dapat menimbulkan luka pada dinding lambung. Penemuan ini menjelaskan kepada manusia bahaya yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut ini.

عن أنس – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – : أنه نَهى أن يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِماً . قَالَ قتادة : فَقُلْنَا لأَنَسٍ : فالأَكْلُ ؟ قَالَ :
ذَلِكَ أَشَرُّ – أَوْ أخْبَثُ – رواه مسلم
Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,  “Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang seseorang untuk minum berdiri.” Qatadah (seorang tabi’in) berkata, “Kami bertanya kepada Anas, ‘Bagaimana dengan makan sambil berdiri?’ Anas menjawab, ‘Yang demikian itu lebih jelek dan lebih buruk.’” (HR. Muslim).
            Sekecil dan seremeh apapun sesuatu menurut anggapan kita tidak akan terlepas dari sorotan Islam sehingga agama Islam memberikan petunjuk dan jalan kebaikan di dalamnya. Seperti halnya minum, Islam mengajarkan bagaimana tata cara minum.
Para ulama menegaskan bahwa minum sambil duduk lebih utama dari pada minum sambil berdiri. Ini berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Janganlah di antara kalian minum sambil berdiri, bila terjadi maka muntahkanlah airnya.” (HR. Muslim).

            Di samping itu, menurut Ibnul Qoyyim ada beberapa afat (akibat buruk) bila minum sambil berdiri. maka di samping tidak dapat memberikan kesegaran pada tubuh secara optimal juga air yang masuk kedalam tubuh akan cepat turun ke organ tubuh bagian bawah. Hal ini dikarenakan air yang dikonsumsi tidak tertampung di dalam maiddah (lambung) yang nantinya akan dipompa oleh jantung untukdisalurkan keseluruh organ-organ tubuh.
Dengan demikian air tidak akan menyebar ke organ-organ tubuh yang lain. Padahal menurut ilmu kedokteran tujuh puluh persen dari tubuh manusia terdiri dari zat cair.
Tulang-tulangpun mengandung air sebanyak tiga puluh sampai empat puluh persen. Sebagian besar darah terdiri dari air dimana terdapat larutan bahan-bahan selain sel-sel darah.
            Akibatnya bilamana pembuangan air dari dalam tubuh lebih besar daripada pemasukannya, terjadilah dehidrasi yaitu kekurangan zat cair dalam tubuh. Begitu juga kadar air dalam jaringan tubuh diatur dengan tepat. Jika terdapat selisih sepuluh persen saja maka gejala-gejala serius akan timbul. Kalau selisih ini mencapai dua puluh persen maka orangnya akan mati.

Oleh sebab itu, dianjurkan memuntahkan air apabila terlanjur minum sambil berdiri seperti yang disebut dalam hadits di atas. Para ahli hikmah juga memberi jalan keluar bila terpaksa minum sambil berdiri yaitu menggerak-gerakan dua ibu jari kaki insya Allah akan dapat menolak efek-efek negatif seperti yang disebut di atas. (nrz/R02)

Jumat, 09 Juni 2017

Adab Tidur Sesuai Tuntunan Rasulullah

Adab Tidur Sesuai Tuntunan Rasulullah

Tidur bagi seorang muslim merupakan saat yang sangat penting.
Karena dalam tidurnya ia mengumpulkan tenaga untuk beribadah kepada Allah.
Selain itu, ketika tidur hati seorang muslim di antara jemari Allah.

Seorang muslim cantik karena agamanya.
Jadi tidurnya pun harus cantik seperti Rasulullaah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharapkan (balasan) Allah dan hari akhirat.” (Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab:21)

Hendaknya seorang muslim menjaga adab-adab dalam tidur dengan adab yang diajarkan dalam agama Islam.

Adab-adabnya adalah sebagai berikut:

* Tidak tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu: “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” [Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235)]

* Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

* Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al- Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

* Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam atau pun tidur siang. Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

*Sebelum tidur membaca ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:
a) Membaca ayat kursi.
b) Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh.
c) Mengatupkan dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan, hal ini diulangi sebanyak 3 kali .
(HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari XI/277 No. 4439, 5016 (cet. Daar Abi Hayan) Muslim No. 2192, Abu Dawud No. 3902, At-Tirmidzi)

* Hendaknya mengakhiri berbagai doa tidur dengan doa berikut:
“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin.”
Artinya:
“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Al- Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, Abu Dawud No. 5050 dan At-Tirmidzi No. 3401)

* Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan doa:
“Laa ilaha illallahu waahidulqahhaaru rabbussamaawaati wal ardhi wa maa baynahumaa ‘aziizulghaffaru.” Arinya:

“Tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Alloh yang Maha Esa, Maha Perkasa, Rabb yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakim I/540 disepakati dan dishohihkan oleh Imam adz-Dzahabi)

* Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:

“A’udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun.” Artinya:

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud No. 3893, At-Tirmidzi No. 3528 dan lainnya)

* Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu Umar:
“Bahwasanya Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memakai celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau sholallahu ‘alaihi wassalam memakai celak pada kedua matanya sebanyak 3 kali goresan.” (HR. Ibnu Majah No. 3497)

* Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, At-Tirmidzi No. 3401 dan Abu Dawud No. 5050)

* Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat pembaringan, yaitu:
“Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur.” Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari No. 6312 dan Muslim No. 2711)

* Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada saudaranya sesama muslim dan membersihkan dada dari kemarahannya kepada manusia lainnya.

* Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri sebelum tidur dan melihat (merenungkan) kembali amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.

* Hendaknya segera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada Alloh dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.

* Setelah bangun tidur, disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan.
“Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” [HR. Muslim No. 763 (182)]

* Bersiwak atau sikat gigi.
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

* Beristinsyaq dan beristintsaar (menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung).
“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)

* Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali.”
(HR. Al-Bukhari No. 162 dan Muslim No.278)

* Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi)

* Tidak diperbolehkan tidur hanya dengan memakai selimut, tanpa memakai busana apa-apa.
(HR. Muslim)

* Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian:
-meludah ke kiri tiga kali (diriwayatkan Muslim IV/1772),
-memohon perlindungan kepada Alloh dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali) (diriwayatkan Muslim IV/1772-1773). -hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. (diriwayatkan Muslim IV/1773). -bangun dan shalat bila mau. (diriwayatkan Muslim IV/1773).

*Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. (HR. Muslim)

Disusun Oleh: Ummu Hajar
Muroja’ah: Ust. Abu Salman

Maraji’: Adab Harian Muslim Teladan